ERNI, 2012012063 (2017) STUDI KOMPARATIF PANDANGAN IMAM HANAFI DAN SYAFI'I TENTANG ZAKAT HARTA ANAK YATIM. Skripsi thesis, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA.
|
Text
SKRIPSI PDF.pdf Download (728Kb) | Preview |
Abstract
Perbedaan pandangan hukum terhadap wajib tidaknya zakat terhadap harta anak yatim, disebabkan karena para ulama berbeda pendapat tentang ketentuan baliqh sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mengeluarkan zakat. Perumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi’i tentang zakat harta anak yatim, 2) Bagaimana metode istinbath hukum Imam Hanafi dan Imam Syafi’i tentang zakat harta anak yatim dan 3) Bagaimana analisis komparatif hukum tentang zakat harta anak yatim dalam pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi’i, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: untuk mengetahui pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi’i tentang zakat harta anak yatim, untuk mengetahui metode istinbath hukum Imam Hanafi dan Imam Syafi’i tentang zakat harta anak yatim dan analisis komparatif hukum tentang zakat harta anak yatim dalam pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi’i. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan komparatif (perbandingan hukum). Maka, sumber data dalam penelitian ini yaitu menggunakan sumber data primer, sekunder dan tersier. Adapun proses analisis yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan deskriptif dan komparatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, menurut Hanafi baliqh merupakan syarat diwajibkannya zakat. Sehingga anak yatim yang belum baliqh, maka tidak dapat dikenakan zakat atas hartanya. Sedangkan menurut Syafi’i bahwa wajib hukumnya zakat pada harta anak yatim. Syafi’i tidak membedakannya karena ia berhujjah bahwa zakat adalah ibadah ma’liyah yang bersangkutan dengan hak fakir miskin, menurut beliau wali dari anak yatim itu bertanggung jawab untuk mengambil zakat dari harta mereka. Metode yang digunakan oleh Syafi’i dan Hanafi tentang zakat harta anak yatim hampir sama hanya sedikit perbedaan yaitu bahwa menurut Hanafi metode istinbath yang digunakan adalah Al-Qur’an, AsSunnah, Ijma Sahabat, Al-Qiyas, Al-Istihsan, Istishab dan ‘Urf. Yang berbeda dengan Syafi’i yaitu jika Hanafi menggunakan metode yang di atas sedangkan Syafi’i tidak menggunakan metode Al-istihsan, Istishab dan ‘Urf, sedangkan metode yang lainnya dia menggunakannya seperti Hanafi. Selanjutnya, analisis komparatif pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi’i terletak pada penafsiran baligh sebagai syarat wajib zakat atau tidak. Menurut Hanafi, baligh adalah syarat anak yatim mengeluarkan zakat. Sedangkan menurut Syafi’i zakat wajib bagi seluruh umat Islam yang mempunyai harta dan telah mencapai nishab. Baik itu anak yatim yang masih kecil maupun orang dewasa lainnya.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Additional Information: | Pembimbing I: Anizar, MA Pembimbing II: Fakhrurrazi, MA |
Uncontrolled Keywords: | ZAKAT, IMAM SYAFI'I, IMAM HANAFI |
Subjects: | Hukum Islam > Fiqih Hukum Islam > Mahzab dalam Islam > Imam Hanafi Hukum Islam > Mahzab dalam Islam > Imam Syafi'i Hukum Islam > Fiqih > Zakat |
Divisions: | Fak. Syariah > Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah) |
Depositing User: | mrs Editor Pustaka |
Date Deposited: | 06 Mar 2018 03:33 |
Last Modified: | 06 Mar 2018 03:33 |
URI: | http://digilib.iainlangsa.ac.id/id/eprint/1193 |
Actions (login required)
View Item |